Dari Mangrove hingga Water Rescue: Kolaborasi Tiga Pilar Bawa Semangat Tanggap Bencana ke Desa Pesisir Karawang

Dari Mangrove hingga Water Rescue: Kolaborasi Tiga Pilar Bawa Semangat Tanggap Bencana ke Desa Pesisir Karawang

Desa Muarabaru di Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang, yang dikenal kerap dilanda banjir rob, kini perlahan bangkit dengan semangat kesiapsiagaan. Pada Rabu 30 April 2025, desa ini menjadi saksi kolaborasi unik antara komunitas lokal, dunia industri, dan pemerintah dalam pelatihan tanggap darurat bencana bertema water rescue.

Di balik kegiatan itu, hadir tiga pilar yang menyatukan visi: Cipta Pesona Desa (CPD) — komunitas lingkungan setempat, PT Sanghiang Perkasa (SHP) — pelaku industri yang peduli sosial, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang — garda depan mitigasi risiko.

“Ini bukan hanya sekadar pelatihan. Ini adalah bentuk kepedulian yang berakar pada kebutuhan nyata masyarakat,” ujar Ainurrofik, Head of Safety, Health, and Environment PT SHP. Kegiatan ini, menurutnya, merupakan bagian dari program Bulan K3 dan wujud komitmen nyata perusahaan melalui CSR berbasis lingkungan.

Pelatihan ini melatih warga tentang teknik penyelamatan di air, penggunaan pelampung, serta simulasi evakuasi banjir. Tujuannya jelas: membekali warga desa pesisir ini dengan keterampilan saat musibah datang — sesuatu yang sudah menjadi rutinitas tahunan di sana.

Tak berhenti sampai di situ, PT SHP juga menggulirkan program pelatihan ISO 50001, manajemen energi, dan bahkan penanaman mangrove, menciptakan sinergi antara kesiapsiagaan dan keberlanjutan lingkungan.

Dukungan juga datang dari BPBD Karawang. Koswara, analis bencana dari lembaga tersebut, menyebut kolaborasi ini sebagai contoh ideal sinergi lintas sektor.

“Ini kerja sama kedua kami dengan PT SHP. CSR seperti ini harus terus hidup karena manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat,” ucapnya.

Koswara menegaskan bahwa Cilamaya Wetan adalah wilayah rawan bencana, khususnya banjir rob dan puting beliung.

“Pelatihan ini juga bertepatan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional 2025. Tema tahun ini, ‘Siap untuk Selamat’, benar-benar diterjemahkan secara konkret di sini,” tambahnya.

Ketua CPD, Ahmad Fatoni alias Toni Mangrove, tak bisa menyembunyikan rasa harunya. “Kami hanya komunitas kecil yang peduli pada lingkungan, tapi dengan kolaborasi ini, kami merasa besar. Terima kasih atas semua pihak yang membuat pelatihan ini nyata,” ucapnya penuh semangat.

Menurut Toni, pelatihan bukan hanya soal keterampilan teknis, tapi juga soal mental dan keberanian. “Warga kami sekarang tahu apa yang harus dilakukan saat air naik. Itu bukan hal kecil.”Apa yang terjadi di Muarabaru menjadi contoh bahwa ketangguhan bencana tidak harus dimulai dari kota besar atau proyek raksasa. Ia bisa lahir dari desa kecil, dengan gotong royong, dan niat baik yang bersatu.Semoga, dari pelatihan ini, lahir lebih banyak komunitas tangguh yang mampu berdiri kokoh di tengah ancaman alam — karena siap, berarti selamat. ***

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *